Holocaust
 |
Tahun | Yahudi Terbunuh[1] |
1933–1940 | dibawah 100,000 |
1941 | 1,100,000 |
1942 | 2,700,000 |
1943 | 500,000 |
1944 | 600,000 |
1945 | 100,000 |
Holocaust (dari
bahasa Yunani:
holokauston yang berarti "persembahan pengorbanan yang terbakar sepenuhnya") adalah
genosida sistematis yang dilakukan
Jerman Nazi terhadap berbagai kelompok
etnis,
keagamaan, bangsa, dan
sekuler pada masa
Perang Dunia II.
Bangsa
Yahudi di
Eropa merupakan korban-korban utama dalam Holocaust, yang disebut kaum
Nazi sebagai "
Penyelesaian Terakhir Terhadap Masalah Yahudi". Jumlah korban Yahudi umumnya dikatakan mencapai enam juta jiwa.
Genosida ini yang diciptakan
Adolf Hitler dilaksanakan, antara lain, dengan tembakan-tembakan, penyiksaan, dan
gas racun, di
kampung Yahudi dan
Kamp konsentrasi. Selain kaum Yahudi, kelompok-kelompok lainnya yang dianggap kaum Nazi "tidak disukai" antara lain adalah bangsa
Polandia,
Rusia, suku
Slavia lainnya, penganut agama
Katolik Roma,
orang-orang cacat, orang
cacat mental,
homoseksual,
Saksi-Saksi Yehuwa (
Jehovah's Witnesses), orang
komunis, suku
Gipsi (
Orang Rom atau Sinti) dan lawan-lawan politik. Mereka juga ditangkap dan dibunuh. Jika turut menghitung kelompok-kelompok ini dan kaum Yahudi juga, maka jumlah korban Holocaust bisa mencapai 9-11 juta jiwa.
Etimologi
Nama
Holocaust berasal dari kata Yunani yang digunakan dalam
Alkitab, yang berarti persembahan bakaran yang utuh. (Ibrani 10:6) Namun sehubungan dengan artikel ini, “
Holocaust adalah penganiayaan dan pemusnahan orang
Eropa keturunan Yahudi secara sistematis dan yang disponsori negara Jerman Nazi dan sekutu-sekutunya antara tahun 1933-1945.”
[2]
Kontroversi
Pengingkaran holocaust atau
holocaust denial adalah kepercayaan bahwa Holocaust tidak pernah terjadi, atau jauh lebih sedikit dari 6 juta orang Yahudi yang
dibunuh oleh
Nazi; bahwa tidak pernah ada rencana terpusat untuk memusnahkan bangsa Yahudi; atau bahwa tidak ada pembunuhan masal di kamp-kamp konsentrasi. Mereka yang percaya akan hal ini biasanya menuduh bangsa Yahudi atau kaum
Zionis mengetahui hal ini dan mengadakan konspirasi untuk mendukung agenda politik mereka. Karena Holocaust dianggap ahli-ahli sejarah sebagai salah satu kejadian paling banyak didokumentasikan dalam sejarah, pandangan-pandangan ini tidak dianggap kredibel, dengan organisasi-organisasi seperti
American Historical Association mengatakan bahwa
Holocaust denial sebagai "at best, a form of academic fraud."
[3] Pernyataan
holocaust denial di muka umum adalah pelanggaran hukum di sepuluh negara
Eropa, termasuk
Perancis,
Polandia,
Austria,
Swiss,
Belgia,
Romania, dan
Jerman.
Holocaust deniers lebih suka disebut
Holocaust "revisionists". Kebanyakan ahli sejarah mengatakan bahwa istilah ini menyesatkan.
Historical revisionism adalah bagian dari ilmu
sejarah; yaitu penyelidikan ulang dari
accepted history (sejarah yang sudah diterima secara umum) dengan tujuan untuk lebih memperjelas peristiwa tersebut. Sebaliknya,
negationist dapat secara sengaja menggunakan catatan sejarah yang salah; seperti ditulis
Gordon McFee:
"Revisionists depart from the conclusion that the Holocaust did not occur and work backwards through the facts to adapt them to that preordained conclusion. Put another way, they reverse the proper methodology ... thus turning the proper historical method of investigation and analysis on its head." [4]
Public Opinion Quarterly juga menyimpulkan: "Tidak ada ahli sejarah terkemuka yang mempertanyakan kenyataan Holocaust, dan mereka yang mendukung
Holocaust denial kebanyakan adalah
anti-Semit dan/atau neo-Nazi."
Holocaust denial sangat populer dalam penentang-penentang
Israel dari kaum
Muslim karena memang banyak bukti yang dikeluarkan oleh ilmuwan barat sendiri yang menjelaskan kebohongan holocaust ini. Disertasi doktor
Mahmoud Abbas, Presiden
Palestina, meragukan bahwa kamar gas digunakan untuk membunuh orang-orang Yahudi dan mengatakan bahwa jumlah orang Yahudi yang dibunuh dalam Holocaust kurang dari 1 juta jiwa.
[5][6] Abbas belum pernah menyatakan pandangan ini sejak ditunjuk menjadi Perdana Menteri Palestina pada tahun
2003, dan telah membantah bahwa ia adalah seorang
Holocaust denier. Pada akhir 2005, presiden
Iran Mahmoud Ahmadinejad menggambarkan Holocaust sebagai "mitos pembantaian orang Yahudi."
[7][8]
Sebenarnya dari kalangan ilmuwan barat sendiri ada beberapa yang menyangkal adanya Holocaust, di antaranya: Pengarang Perancis
Roger Garaudy, Professor
Robert Maurisson,
Ernst Zundel,
David Irving, dll. tetapi hampir semuanya dinyatakan bersalah dan dijebloskan kedalam penjara termasuk Pada 15 Feb 2007, Ernst Zundel seorang
Holocaust denier dihukum 5 tahun penjara
[1]. Seorang pengacaranya, Herbert Schaller, menghujah bahwa semua bukti tentang adanya Holocaust hanya berdasarkan pengakuan korban-korbannya saja, bukan berdasarkan fakta-fakta yang jelas. Ernst Zundel ini juga pernah ditahan pada tahun 1985, dan 1988 dalam kasus yang sama.
Semua hal di atas sangat kontras dengan slogan negara-negara barat sendiri yang menyatakan kebebasan berpendapat apalagi disertai bukti-bukti ilmiah tentang kebohongan Holocaust terutama digunakannya kamar gas oleh Nazi di Polandia, tetapi begitu menyinggung masalah yang menggugat hal ini mereka langsung memberangus habis penentang-penentangnya sehingga banyak kalangan menilai adanya lobby Yahudi yang berdiri dibelakangnya dalam memengaruhi putusan pengadilan.
[9]
Hari peringatan Holocaust
Korban | Jumlah | Rujukan |
Yahudi | 5.9 juta | [10] |
POW (Tahanan Perang) Uni Soviet | 2–3 juta | [11] |
Etnis Polandia | 1.8–2 juta | [12] |
Penganut Katolik Roma | 220,000–500,000 | [13] |
Orang Cacat | 200,000–250,000 | [14] |
Suku Gipsi | 80,000–200,000 | [15] |
Homoseksual | 5,000–15,000 | [16] |
Saksi-Saksi Yehuwa | 2,500–5,000 | [17] |
Dengan suara bulat, di dalam sidang Majelis Umum
PBB pada
1 November 2005, ditetapkan bahwa tanggal
27 Januari sebagai "Hari Peringatan Korban Holocaust".
27 Januari 1945 adalah hari dimana tahanan kamp konsentrasi NAZI di Auschwitz-Birkenau dibebaskan. Bahkan sebelum PBB menetapkannya, tanggal 27 Januari telah di tetapkan sebagai Hari Peringatan Korban Holocaust oleh Kerajaan Inggris sejak tahun 2001, sebagaimana halnya di negara-negara lain, mencakup
Swedia,
Italia,
Jerman,
Finlandia,
Denmark dan
Estonia[18]. Israel memperingati
Yom HaShoah vea Hagvora, "Hari Hari Peringatan Holocaust dan Keberanian Bangsa Yahudi" pada pada hari ke 27 bulan Nisan, bulan Ibrani, yang biasanya jatuh pada bulan April
[18]. Hari peringatan ini biasanya juga di peringati oleh Yahudi di luar Israel
[18].